Artikel

LIMA PULAU YANG PERNAH TENGGELAM DI LAUT, DAN BEBERAPA NEGARA PASIFIK YANG TERANCAM MENUJU TENGGELAM



Tetesan Air Mata, Laut penuh dengan misteri yang tidak bisa dijelaskan dan kadang tak masuk akal
Karena banyak laut yang belum dijelajahi secara menyeluruh, tak mengherankan jika makin hari makin banyak hal misterius yang ditemukan di bawah laut.
Bahkan, meski diteliti berulang kali, misteri-misteri tersebut tak juga menunjukkan titik terang.
Berikut misteri laut yang tidak bisa dijelaskan.

1. Atlantis Jepang

Di Jepang, ketika para penyelam mencari hiu martil, mereka malah menemukan sesuatu yang lain.

Di dalam laut ditemukan sebuah monumen atau bangunan kuno di bawah air.
Sejak penemuannya, para ilmuwan telah berdebat tentang penciptaannya.

Beberapa mengatakan, bangunan itu ada secara alami, sementara lainnya berpikir dibuat oleh manusia.

Mereka yang mengatakan bangunan itu buatan manusia mengklaim situs itu berusia lebih dari 9.000 tahun dan terendam di bawah air karena aktivitas tektonik.
2. Penemuan Gulf of Khambhat

Pada 2002, di lepas pantai India, para ilmuwan menemukan peninggalan arkeologis yang dikatakan bisa menjadi bagian dari peradaban yang telah lama hilang lebih dari 9.000 tahun.

Jika benar, itu mendahului struktur tua yang diketahui selama 5.000 tahun.

Pengaruh dari perkembangan membuat Kotah ini telah mengilang dilaut.




3. Lokomotif hilang

Pada 1985, ketika Kapten Paul Hepler menelusuri dasar laut New Jersey dari kapalnya, Ventur III dan dia menemukan obyek yang tak biasa.

Ternyata, dia menemukan beberapa kereta tua dalam sejarah Amerika.

Sedikit yang diketahui tentang asal-usul kereta itu atau bagaimana kereta itu bisa berakhir di dasar laut.


4. Pulau Bermeja yang hilang
 
Selama ratusan tahun, Pulau Bermeja dapat dengan mudah ditemukan di Teluk Meksiko dekat Semenanjung Yucatan.
 
Namun, sekarang yang diemukan di lokasi tersebut hanyalah air yang menunjukkan, pulau itu menghilang, tetapi tidak ada yang tahu ke mana hilangnya.

Ketika peneliti Meksiko meneliti lokasi pulau itu, mereka tidak menemukan keberadaannya.
Banyak teori tentang keberadaan pulau tersebut Namun kini telah mengilang di laut.
 
5. Paus bernyanyi pada kedalaman yang berbeda

Nyanyian paus biru biasanya dimaksudkan untuk menarik pasangan.

Selama 40 tahun terakhir, lebih dari tujuh populasi paus biru yang berbeda telah direkam bernyanyi pada frekuensi yang lebih dalam dari sebelumnya.

Para ilmuwan tidak mengerti alasannya, namun beberapa orang berpikir itu mungkin terkait dengan kepadatan penduduk dan persaingan.


Berita ini sudah dimuat di intisari.grid.id dengan judul Mistis dan Timbulkan Perdebatan, Inilah 5 Misteri Bawah Laut yang Tidak Bisa Dijelaskan Artikel Asli 




4 Negara Pasifik Ini Terancam Tenggelam Akibat Perubahan Iklim




Perubahan iklim merupakan fenomena alam yang sedang terjadi saat ini. Terlepas dari beberapa pihak yang memperdebatkan hal tersebut, mencairnya es di kutub utara akibat pemanasan global dan naiknya permukaan laut seharusnya sudah menjadi bukti yang cukup bahwa perubahan iklim memang benar adanya. 

Salah satu dampak terbesar dari naiknya permukaan air laut ini adalah adanya pulau-pulau rendah (low-lying islands) yang terancam tenggelam. Nah, kebanyakan, pulau-pulau tersebut berasal dari negara-negara Pasifik, yang kerap disebut sebagai benua cair. 

Pulau-pulau tersebut bentuknya memang sangat kecil dan tingginya maksimal hanya mencapai 12 meter saja dari permukaan air laut. Malah, ada pula pulau yang tingginya hanya mencapai 1,83 meter hingga 2 meter dari permukaan laut.

Nah, Asumsi akan merangkum empat negara Pasifik yang pulaunya terancam tenggelam akibat naiknya permukaan laut akibat pemanasan global.
Tuvalu
Tuvalu merupakan salah satu negara Pasifik yang paling sering diperkirakan akan tenggelam dalam waktu kurang dari 50 tahun lagi. Titik tertinggi negara ini adalah lima meter di atas permukaan laut. Populasi nya pun tidak begitu banyak, hanya sekitar 12,000 penduduk. 

Pada tahun 2003, Perdana Menteri Tuvalu kala itu, Saufatu Sopoanga, menyatakan bahwa perubahan iklim, dalam hal ini pemanasan global, yang mengakibatkan naiknya permukaan laut merupakan ancaman serius dari keberadaan Tuvalu.

Namun, baru-baru ini, terdapat penelitian yang kontradiktif dengan perkiraan di atas. Penelitian dari Universitas Auckland menyatakan bahwa berdasarkan gambar satelit yang diambil tahun 1971 dan 2014, total area dari Tuvalu justru bertambah sebesar 2,9 persen, terlepas dari naiknya permukaan laut dua kali lipat dari rata-rata global. 

Nah, bertambahnya area Tuvalu ini disebabkan oleh dinamika geologi di bawah pulau-pulau Tuvalu yang sedang bergerak ke atas.

Kiribati
Negara lain yang juga terdampak dari naiknya permukaan laut adalah Kiribati. Negara dengan populasi lebih dari 100.000 penduduk ini memiliki titik tertinggi hanya dua meter di atas permukaan laut. Banyak penduduk yang sudah mulai berpindah ke pulau Tarawam karena pulau yang sebelumnya mereka tinggali telah tenggelam.

Pada tahun 2012, Presiden Kiribati kala itu, Anote Tong, menyatakan bahwa penduduk Kiribati harus segera pindah jika ingin terus bertahan. Permukaan laut yang terus meningkat membuat laut bahkan telah mencapai pemukiman warga. 

Untuk mengantisipasi fenomena ini, salah satu usaha untuk bertahan yang dilakukan oleh Kiribati adalah dengan membeli 5.000 hektar pulau milik Fiji. Nantinya, penduduk Kiribati akan direlokasi ke pulau-pulau tersebut jika memang sudah tidak memungkinkan lagi untuk tinggal di sana.

Nauru
Selain dua negara di atas, Nauru juga merupakan negara kepulauan yang terancam akan menghilang jika permukaan air laut terus meningkat secara signifikan. Nauru memiliki luas hanya 21 km persegi dan penduduk sekitar 10.000. 

Negara ini sendiri merdeka pada tahun 1968. Nauru sempat mengalami kejayaan ekonomi karena adanya pertambangan fosfat. Di tahun 1970, bahkan Nauru sempat menjadi negara terkaya di dunia. Gaya hidup warganya pun langsung menjadi glamor.

Namun, kejayaan tersebut amatlah singkat. Di tahun 1990-an, ketika Fosfat di Nauru hampir habis dan tidak ada sumber pendapatan lain, kondisi perekonomian Nauru pun jatuh drastis. Tidak hanya kehabisan fosfat, pertambangan tersebut membuat 80 persen wilayah Nauru tidak layak tinggal. 

Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya permukaan laut. Nauru pun menjadi negara yang semakin kesulitan untuk dapat bertahan, karena tidak hanya kesulitan secara ekonomi, Nauru juga harus menghadapi naiknya permukaan laut yang terus menggerus wilayahnya.

Kepulauan Solomon
Kepulauan Solomon merupakan negara yang relatif cukup besar dengan penduduk yang cukup banyak jika dibandingkan dengan negara-negara Pasifik lainnya. Kepulauan Solomon memiliki luas sebesar 28.400 km persegi, terdiri dari 900 pulau, dan penduduk hampir 600.000 orang. 

Meskipun cukup besar, Kepulauan Solomon tidak luput dari ancaman naiknya permukaan laut. Setidaknya lima pulau milik Kepulauan Solomon yang telah tenggelam dalam tujuh dekade terakhir hingga tahun 2011. 

Selain itu, ada juga enam pulau yang kehilangan 20 persen wilayah dan memaksa warga untuk merelokasi tempat tinggalnya. Salah satu penyebab tenggelamnya pulau-pulau ini adalah meningkatnya permukaan air laut selama 20 tahun terakhir yang mencapai tiga kali lipat dari rata-rata global.


Tak sampai 100 tahun lagi, pulau surga 'Maldives' akan tenggelam

Merdeka.com - Saat ini Maldives dikenal sebagai kepulauan surga bagi wisatawan dari seluruh dunia. Namun, ilmuwan memprediksi bila tidak lama lagi global warming akan membuat Maldives lenyap. Bagaimana bisa?

Kepulauan yang terletak 595 kilometer dari barat daya India itu hingga saat ini dikenal dengan negara terendah di dunia. Daratan tertinggi di Maldives hanya sekitar 2,4 meter di atas permukaan laut, sementara daratan terendahnya sekitar 1,5 di atas permukaan laut.

Kabar buruknya, global warming membuat es di kedua kutub Bumi meleleh dan menaikkan tinggi air laut sekitar 3 milimeter setiap tahunnya. Hal ini terutama disebabkan oleh mencairnya lapisan es di bagian barat dan timur Antartika atau kutub selatan.

Dari fakta itu lah, ilmuwan IPCC memperkirakan bila di akhir abad 21 atau kurang dari 100 tahun lagi ketinggian air laut akan meningkat 1 meter lebih.
Tentu ini kabar buruk untuk kepulauan Maldives yang tinggi daratannya hanya 1-2 meteran. Kepulauan Maldives yang kita kenal sekarang mungkin akan lenyap tenggelam di bawah air saat air laut naik 1 meter lebih.

Adakah cara untuk mencegah Maldives tenggelam?
Sayangnya hal itu cukup mustahil, sebab berbeda dari negara rendah lain seperti Belanda, akan sangat sulit membuat bendungan yang mengelilingi setiap pulau di Maldives. Biaya yang dikeluarkan untuk menyelamatkan pulau-pulau itupun akan sangat mahal.

Akan tetapi masih ada cara lain yang bisa ditempuh agar penduduk Maldives tetap bisa tinggal di sana. Seorang arsitek bernama Mayank Thammalla percaya bila teknologi bisa menyelamatkan kebudayaan dan warga Maldives, lewat kota techno.

Ya, Mayank menyatakan manusia bisa membangun atau memanfaatkan tambang minyak lepas pantai di sekitar Maldives untuk diubah menjadi kota-kota kecil, Gizmodo (16/05).

Meskipun jauh dari kesan 'surga', kota-kota teknologi yang dibangun di atas tambang minyak itu dilengkapi dengan rumah, pasar, pertokoan, dan masjid. Dengan begitu Maldives bukan lagi menjadi negara kepulauan melainkan negara terapung di atas samudra. Merdeka.Com. 



About yerino Madai

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.