
Waghete
sebagai salah satu daerah di Papua tentu sama soal pelanggaran HAM oleh
Aparatus negara terhadap orang Papua. Lihat saja Empat warga sipil
Distrik Waghete, Kabupaten Deiyai ditembak aparatus Keamanan Indonesia
tanggal 20 Januari 2006 silam. Penembaknya adalah Letda Inf Situmeang
dari TNI dan Bripda Ronald Isac Tumena dari Polri. Letda Inf Situmeang
adalah Komandan Pleton (Danton) Timsus Yonif 753 Arga Vira Tama. Dia
diduga melakukan penembakan terhadap Yonike Kotouki (18) pelajar SMP
Negeri Waghete dan Petrus Pakey (43) pekerja proyek. Sementara Bripda
Ronald Isac Tumena adalah anggota Polsek Wagete, dia diduga melakukan
penembakan terhadap Moses Douw (14) siswa SMP Negeri Waghete yang
akhirnya tewas.
Selanjutnya
aparatus negara yang semestinya melindungi warga negara justru terus
menembaki warga. Tanggal 04 Oktober 2011, pukul 08.00 , Dominikus Tekege
pergi untuk memberi tahu PT. Modern yang sedang mengambil material di
kampung Obaike. Dominikus ingin menyampaikan bahwa eksloitasi material
oleh PT. Modern telah melewati patok merah yang dijadikan sebagai batas
eksploitasi Mariterial. Tindakan eksploitasi melewati patok merah, dapat
mengakibatkan longsor sehingga mengganggu kebun warga yang berada
disekitar tempat eksploitasi material. Sebagian warga masyarakat memang
telah menyerahkan tanah kepada PT Modern untuk mengeruk material.
Pagi
hari, Dominikus Tekege mendatangi tempat eksploitasi material, lalu
mengatakan bahwa PT Modern tidak boleh mengeksploitasi material melewati
patok merah, jika tidak diindahkan, PT Modern silahkan berpindah ke
lokasi lain untuk mengeruk material. Tanpa kompromi, 2 orang anggota
Brimob yang dipakai oleh PT. Modern sebagai security, langsung menembak
ke arah betis, dan menyebabkan korban (Dominikus Tekege) langsung jatuh
tersungkur ke tanah.
12
Juli 2012 delapan warga mati seketika karena diduga keracunan minuman
soda di Waghete. Menyikapi kondisi ini pihak DPRD Kabupaten
Deiyai,serta seluruh lapisan masyarakat melakukan sejumlah koordinasi
agar diselesaikan persoalan ini dengan baik.
Ketua
Komisi A DPRD Kabupaten Deiyai Jhon Adii menyampaikan bahwa,
masyarakat Papua (Deiyai) sudah mendekati kepunahan karena ditembak oleh
aparatus negara. Aparatus negara justru menjadi “budak” perusahaan yang
mengais uang di Papua.
Konflik
di Deiyai terjadi akibat Aparatus menjaga Perusahaan semisal PT Modern
dan PT. Dewa. kekerasan di Papua bukan hal baru. Setengah abad lebih,
sejak Indonesia menguasai wilayah ini, West Papua telah menjadi ladang
pembantaian dan eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA). Sudah waktunya,
semua pihak, baik penguasa Indonesia, penguasa negara-negara di dunia
maupun PBB menyadari akar permasalahan Papua dan mendorong proses
penyelesaian secara damai, demokratis.
Indonesia
memang gagal memenangkan hati Penduduk Asli Papua (PAP) untuk merasa
memiliki dan menjadi bagian dari rakyat Indonesia. Pemerintah Indonesia
gagal men-Indonesia-kan Penduduk Asli Papua. “Pemerintah hanya berhasil
mengintegrasikan potensi ekonomi Papua dengan kekuatan politik dan
militer namun gagal membangun orang Papua” (Yoman: Kompas, Kamis, Jumat,
29 Juni 2012, hal.5). Ia (Indonesia) juga gagal membangun kepercayaan
Penduduk Asli Papua kepada Indonesia.
Pendekatan
keamanan selama ini dengan stigma separatis,makar dan OPM yang
dialamatkan kepada penduduk Asli Papua, dan mereka dikejar, ditangkap,
diculik,dibunuh dan dipenjarakan selama ini benar-benar merendahkan
martabat Penduduk Asli Papua. Manusia Penduduk Asli Papua benar-benar
diperlakukan seperti hewan buruan atas nama integritas dan kedaulatan
wilayah Indonesia. Karena itu, Penduduk Asli Papua telah kehilangan
kepercayaan kepada Pemerintah Indonesia.
Lihat
saja Indonesia kembali memperlihatkan tertutupnya Demokrasi di Papua.
Seninl 23 Juli 2012, di Abepura, Jayapura, Polda Papua melakukan
penagkapan terhadap Yusak Pakage,seorang mantan Narapidana Politik yang
menghadiri siding Bucktar Tabuni . Ia ditangkap hanya karena menendang
tong sampah. Ia kesal karena waktu untuk Sidang Bucktar Tabuni molor
hingga tiga jam lamanya. Yusak di bawah ke Polsek Abepura oleh sekitar
20 orang polisi dengan mobil avansa.
Keluarga
yang hendak menjenguknya pun dilarang aparat kepolisian. Saul Bomay
dari Forum TAPOL/NAPOL mengatakan,Ia telah berupaya untuk pergi melihat
Yusak Pakage di Tahanan Polda Papua,namun tidak di Ijinkan oleh Pihak
Kepolisian.
Sumber: Pesan Obrolan FB, John Pakage
0 comments:
Post a Comment